Sabtu, 15 Oktober 2011

LAPORAN ETNOFARMASI DAN INVENTARISAS MENIRAN ( PHYLLANTHUS NIRUNI L )

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI I
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN ETNOFARMASI DAN INVENTARISAS
MENIRAN ( PHYLLANTHUS NIRUNI L )


NAMA : LA MALIHI
NO.STAMBUK : 150 209 0317
KELAS : L.2
KELOMPOK : I ( SATU )




FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKSSAR
2010
















BAB I


PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

           Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa 80 % masyarakat di negara berkembang menggunakan obat tradisional untuk memenuhi kebutuhan pemeliharaan kesehatan dan 85% obat tradisional melibatkan penggunaan ekstrak tanaman. Hal ini berarti kurang lebih 3,5 – 4 miliar penduduk di dunia memakai tanaman sebagai sumber obat (Farnsworth et al,1985). Di sisi lain, kira-kira 119 senyawa kimia murni yang diekstraksi dari tanaman yang digunakan dalam pengobatan di seluruh dunia berasal dari hampir 90 spesies tanaman. 74% dari 119 senyawa kimia tersebut memiliki hubungan pemakaiannya sebagai obat pada daerah dimana bahan tersebut diperoleh.
           Farnsworth (1988) berpendapat bahwa program pengembangan obat dari tanaman di masa depan seharusnya mencakup evaluasi secara hati-hati riwayat penggunaan tanaman tersebut sebagai obat. Dr. E. Z. Greenleaf mengajukan usul kepada perusahaan farmasi ABC di USA untuk melakukan studi tanaman sebagai sumber obat baru dengan menggunakan pendekatan pemeriksaan cerita masyarakat untuk memperoleh informasi mengenai tanaman yang diduga kuat digunakan oleh suatu masyarakat dalam pengobatan penyakit tertentu. Perusahaan akan mempekerjakan 1 sampai 2 ahli medis untuk berkunjung ke afrika, kalimantan, kaledonia baru atau area eksotis yang lainnya, serta bermukim di masyarakat sekitar selama hampir 1 tahun atau lebih.
           Selama periode tersebut ahli medis akan melakukan observasi tabib dalam mengobati pasien dan kemudian melakukan diagnosa sendiri pada tiap pasien serta melakukan pengamatan lanjutan terhadap dampak pengobatan. Apabila terdapat peningkatan kesehatan (kesembuhan) maka selanjutnya dicatat tanaman manakah yang digunakan dalam mengobati pasien. Tanaman tersebut kemudian dikoleksi dan dikirim ke laboratorium riset perusahaan farmasi ABC yang bertempat di Hearth Break, Colorado untuk dilakukan etnofarmasisan lebih lanjut.
           Hutan tropis memiliki jumlah spesies tanaman yang luar biasa besar. Kebanyakan masih belum dieksplorasi dan potensial untuk sumber obat. Jumlah tanaman yang telah dideskripsikan kira-kira 150.000-250.000 spesies. Ilmuan menyadari bahwa studi mengenai budaya asli pada suatu wilayah dapat memberikan kunci yang bernilai dalam pencarian obat untuk peningkatan kesehatan. Untuk membuka rahasia hutan tropis maka dibutuhkan seorang spesialis yang terlatih dengan baik dan berpengalaman di alam. Oleh karena itu dibutuhkan seorang etnofarmasis.
           Untuk menemukan tanaman yang potensial seorang etnofarmasis harus berpengetahuan tidak hanya tentang tanaman tetapi juga memahami dinamika budaya. Di sisi lain, etnofarmasis juga dapat membantu memahami dampak musnahnya hutan tropis yang akan menyebabkan hilangnya pengetahuan tentang tanaman tropis serta budaya asli (konservasi).
            Persiapan untuk ekspedisi dimulai dengan mengoleksi pengetahuan secara rinci mengenai masyarakat lokal. Etnofarmasis mempersiapkan studi wilayah mengenai epidemologi, pengobatan tradisional, budaya masyarakat dan ekologi lingkungan. Untuk memprioritaskan tanaman yang dikoleksi maka sejumlah data base dicari untuk menentukan semua informasi etnomedisinal, biologi dan kimia dari tanaman yang diketahui digunakan di wilayah tersebut. Data juga dikumpulkan dari rumah sakit lokal dan program masyarakat yang ada di wilayah tersebut. Informasi tersebut disatukan dalam program kerja lapangan untuk tahap selanjutnya.
Di lapangan, etnofarmasis mempelajari tentang tanaman yang digunakan oleh masyarakat asli. Etnofarmasis mendokumentasikan pengetahuan tentang tanaman yang bermanfaat dan yang beracun, menyeleksi dan mengoleksi tanaman untuk budidaya dan perlindungan. Proses koleksi tanaman menggunakan metode standar meliputi preparasi spesimen tanaman (herbaria). Tim etnofarmasis mendeskripsikan penyakit kemudian dikomunikasikan dengan tabib tradisional dengan melakukan proses wawancara. Hal ini difokuskan pada tanda-tanda dan gejala umum dan yang mudah dikenali. Apabila penyakit telah dikenali dan digambarkan secara sama maka pengobatan dengan tanaman untuk penyakit tersebut dicatat secara rinci oleh etnofarmasis. Jika beberapa tabib menyatakan hal yang sama maka tanaman tersebut kemudian dikoleksi.
           Tanaman yang dikoleksi kemudian diuji laboratorium menggunakan berbagai peralatan seperti HPLC. Tujuannya untuk melakukan skrining metabolit tanaman dan mendapatkan senyawa murni. Senyawa tersebut kemudian diuji menggunakan metode in vitro. Apabila uji biologis berhasil maka senyawa tersebut strukturnya ditentukan. Selanjutnya dilakukan uji pada hewan untuk menilai keamanan dan keampuhannya sehingga dapat dilakukan uji klinis pada manusia.


I.2 Rumusan Masalah
           Bagaimana cara menginventarisasi tanaman berdasarkan etnofarmasi asal Desa Ujung Bori Kelurahan Bulu Kunyi Kecamatan PolSel (Polebangkeng Selatan) Kabupaten Takalar ?
I.3 Tujuan Penelitian
           Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data mengenai tanaman obat berdasarkan etnofarmasi pada asal Desa Ujung Bori Kelurahan Bulu Kunyi Kecamatan PolSel (Polebangkeng Selatan) Kabupaten Takalar.
I.4 Manfaat Penelitian
           Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui khasiat atau efek farmakologi dan cara penggunaan tanaman obat berdasarkan etnofarmasi pada asal Desa Ujung Bori Kelurahan Bulu Kunyi Kecamatan PolSel (Polebangkeng Selatan) Kabupaten Takalar.
I.5 Kontribusi Penelitian bagi IPTEK
            Berdasarkan penelitian ini, kita dapat mengetahui :
1. Identifikasi dan etnotaksonomi bahan alam yang digunakan dalam pengobatan (etnobiologi medis: etnofarmasi, etnomikologi, etnozoologi).
2. Preparasi tradisional sediaan farmasi (etnofarmasetika).
3. Evaluasi aksi farmakologis suatu preparasi pengobatan tertentu (etnofarmakologi).
4. Efektivitas klinis (Etnofarmasi klinis).
5. Aspek medis-sosial yang terkait dalam penggunaan obat (antropologi kesehatan).
6. Kesehatan masyarakat dan farmasi praktis yang membahas penggunaan oleh publik dan atau re-evaluasi obat-obatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tinjauan Tentang Etnofarmasi
II. 1.1 Pengertian Etnofarmasi dan Ilmu yang Terkait
           Etnofarmasi adalah studi tentang bagaimana masyarakat suatu etnis atau wilayah dalam menggunakan suatu tanaman obat atau ilmu multidisiplin yang mempelajari penggunaan obat-obatan terutama obat tradisional oleh suatu masyarakat lokal (etnik).. Etnofarmasis merupakan orang yang mengeksplorasi bagaimana suatu tanaman digunakan sebagai pengobatan. Hal ini terkait dengan studi mengenai sediaan obat yang terkait dengan penggunaannya dalam konteks kultural (Midiana, 1983).
           Etnofarmasi meliputi studi-studi (Midiana, 1983):
1. Identifikasi dan etnotaksonomi bahan alam yang digunakan dalam pengobatan (etnobiologi medis: etnofarmasi, etnomikologi, etnozoologi).
2. Preparasi tradisional sediaan farmasi (etnofarmasetika).
3. Evaluasi aksi farmakologis suatu preparasi pengobatan tertentu (etnofarmakologi).
4. Efektivitas klinis (Etnofarmasi klinis).
5. Aspek medis-sosial yang terkait dalam penggunaan obat (antropologi kesehatan).
6. Kesehatan masyarakat dan farmasi praktis yang membahas penggunaan oleh publik dan atau re-evaluasi obat-obatan.
           Etnofarmasi seringkali salah disamakan dengan etnofarmakologi yang hanya fokus pada evaluasi farmakologis pengobatan tradisional (Midiana, 1983).
II. 1.2 Sejarah dan Perkembangan Etnofarmasi di Sulawesi Selatan
Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati dalam dosis yang layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit serta gejalanya (Sastroamijaya, 2001).
Obat Nabati. Kebanyakan obat yang digunakan di masa lalu adalah obat yang berasal dari tanaman. Dengan cara coba-mencoba, secara empiris orang purba mendapatkan pengalaman dengan berbagai macam daun atau akar tumbuhan untuk mengobati penyakit. Pengetahuan ini secara turun-temurun disimpan dan dikembangkan, sehingga muncul ilmu pengobatan rakyat, seperti pengobatan tradisional jamu di Indonesia (Sastroamijaya, 2001).
           Munculnya obat kimiawi sintesis Pada permulaan abad ke-20, obat-obat kimia sintesis mulai tampak kemajuannya, dengan ditemukannya obat-obat termashyur, yaitu salvarsan dan aspirin sebagai pelopor, yang kemudian disusul oleh sejumlah obat lain. Pendobrakan sejati baru tercapai dengan penemuan dan penggunaan kemoterapeutika sulfatilamid (1935) dan penisilin (1940). Sebetulnya, sudah lebih dari dua ribu tahun diketahui bahwa borok bernanah dapat disembuhkan dengan menutupi luka menggunakan kapang-kapang tertentu, tetapi baru pada tahun 1928 khasiat ini diselidiki secara ilmiah oleh penemu penisilin Dr. Alexander Fleming (Anief, 2004).
           Sejak tahun 1945 ilmu kimia, fisika dan kedokteran berkembang pesat (misalnya: sintesa kimia, fermentasi, teknologi rekombinan DNA) dan hal ini menguntungkan sekali bagi penelitian sistematis obat-obat baru. Beribu-ribu zat sintetik telah ditemukan, rata-rata 500 zat mengakibatkan perkembangan revolusioner di bidan farmakoterapi. Kebanyakan obat kuno ditinggalkan dan diganti dengan obat-obat mutakhir (Hariana, 2004).
II.I.3 Etnofarmasi Sulawesi Selatan
           Di lapangan, etnofarmasis mempelajari tentang tanaman yang digunakan oleh masyarakat asli. Etnofarmasis mendokumentasikan pengetahuan tentang tanaman yang bermanfaat dan yang beracun, menyeleksi dan mengoleksi tanaman untuk budidaya dan perlindungan. Proses koleksi tanaman menggunakan metode standar meliputi preparasi spesimen tanaman (herbaria). Tim etnofarmasis mendeskripsikan penyakit kemudian dikomunikasikan dengan tabib tradisional dengan melakukan proses wawancara. Hal ini difokuskan pada tanda-tanda dan gejala umum dan yang mudah dikenali. Apabila penyakit telah dikenali dan digambarkan secara sama maka pengobatan dengan tanaman untuk penyakit tersebut dicatat secara rinci oleh etnofarmasis. Jika beberapa tabib menyatakan hal yang sama maka tanaman tersebut kemudian dikoleksi (Setiawan, 2004).
2.2 Tinjauan tentang Desa Ujung bori, Kecamatan Polsel (pole bangkeng selatan), Kabupaten Takalar
2.2.1 Letak Geografis (lengkap dengan peta lokasi)
            Kabupaten Takalar adalah sebuah kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kotanya terletak di Kota Takalar yang terdiri dari delapan kecamatan yaitu Pattallassang, Polombangkeng Selatan, Polombangkeng Utara, Galesong, Galesong Selatan, Galesong Utara, Mappakasunggu,Manggarabombang. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 566,51 km² dan berpenduduk sebanyak ±250.000 jiwa.
Monumen LAPRIS
           Monumen yang dibangun untuk mengenang jasa para pahlawan yang tank pernah mengenal kata menyerah ini, menjadi satu daya wisata menarik untuk ditelusuri. Monumen yang berada di sebuah bukit Desa Bulukunyi, penempatannya lain dari monumen biasanya. Berada disebuah bukit dengan pesona alam dan hamparan lereng pegunungan yang tertata rapi, seakan membawa kita serasa berada dihamparan perkebunan teh yang indah. Suasana layaknya monumen yang serba menakutkan tak diterlihat di kawasan ini. Di Monumen yang jarak tempunya 12 Km dari kota Takalar dan 50 Km dari Makassar, Anda akan dapat melihat 19 Prasasti dari kelasykaran Sulawesi Selatan dan Tenggara, yang menjadi peninggalan Lascar Pemberontak Rakyat Sulawesi (LAPRIS) pata tahun 1940-an, dibawa kepemimpinan Ranggong Dg Romo sebagai panglima yang sudah melakukan pertempuran sebanyak 52 kalidemi mengusir penjajah dari bumi Sulawesi Selatan.
PROFIL TAKALAR
           Ditinjau dari sudut geografis letak Kabupaten Takalar sangat strategis karena hanya sekitar 40 km dari kota Makassar (ibukota Propinsi Sulawesi Selatan) dan berada pada posisi tiga dimensi yaitu Pegunungan dan Bukit, Daratan Rendah, serta Hamparan Laut, dengan demikian, kabupaten Takalar merupakan daerah yang memiliki beragam potensi wisata yaitu wisata alam/pegunungan, wisata pesisir/bahari, wisata budaya dan sejarah, serta agrowisata.
           Luas wilayah kabupaten Takalar 566, 51 km2 dengan jumlah penduduk 232.396 jiwa, yang tersebar pada 7 Kecamatan dan 73 Desa dan Kelurahan. Struktur masyarakat yang tegolong seragam, termasuk agama, adat istiadat serta budaya masyarakat. Hal ini tergambar pada berbagai kegiatan ritual keagamaan maupun budaya.
Kondisi alam (pegunungan, pesisir, dan pertanian) ragam budaya, ritual keagamaan dan sejarah menyebabkan Takalar refresentatif sebagai daerah tujuan wisata (DTW) di Sulawesi Selatan - Indonesia.

MONUMEN LAPRIS






en 2.2.2 Demografi penduduk
2.2.2 Demografi Penduduk
            Kabupaten Takalar adalah sebuah kabupaten di provinsi Sulawesi selatan, Indonesia. Ibu kotanya terletak di Kota Takalar yang terdiri dari delapan kecamatan yaitu Pattallasang, Polebangkeng Selatan, Polebangkeng Utara, Galesong Selatan, Galesong Utara, Mappakasunggu, Manggarabombang. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 566,51 km2 dan kondisi alam (pegunungan, pesisir, dan pertanian) ragam budaya, ritual keagaman dan sejarah menyebabkan Takalar refresentatif sebagai daerah tujuan wisata (DTW) di Sulawesi Selatan,Indonesia.
2.2.3 Latar Belakang Pemilihan Lokasi Etnofarmasi
            Takalar (Kecamatan Polebangkeng selatan ) dijadikan sebagai lokasi etnofarmasi disebabkan karena kecamatan polebangkeng memiliki keaneka ragaman sample darat dan sample laut. Selain itu Jarak antara hutan dan laut tidak terlalu jauh sehingga interval waktu yang dibutuhkan dari hutan ke laut tidak terlalu lama.
2.2.4 Kultur Budaya Dan Etnofarmasi
           Struktur masyarakat tergolong seragam, termasuk agama, adat istiadat serta budaya mayarakat. Hal ini tergambar pada berbagai kegiatan ritual keagamaan maupun budaya. Serta keseragaman dalam pemanfaatan tanaman (Bahan alam) sebagai obat tradisional yang secara seragam, penggunaan secara merata seuai dengan funginnya masing-masing, tanaman obat yang digunakan oleh para Batrra di daerah tersebut masih sangat sedikit yang terinventarisir, disebabkan beberapa faktor yang memiliki pengaruh yang angat besar, seperti adannya battra (Pengobatan Tradisional) yang merahasiakan tanaman yang digunakan sebagai obat, keanekaragaman spesies tanaman obat, adannya kemiripan pada tanaman yang satu dengan yang lainnya sehingga membingungkan pengguna atau peneliti obat tradisional, dimana tumbuh tanaman, beberapa tanaman obat sulit didapatkan karena tumbuh ditempat yang sulit dijangkau, seperti didaerah pegunungan atau adannya kepunahan akibat penebangan hutan.








BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL, HIPOTESIS, DAN SKEMA KERJA
III.1 Kerangka Konseptual
III.2 Hipotesis
           Meniran memiliki khasiat sebagai obat demam. Senyawa yang ditemukan pada meniran antara lain adalah lignan (Filantin, hipofilantin, nirantin, lintetratin), flavonoid (quercetin, quercitrin, isoquercitrin, astragalin, rutin, kaempferol-4, rhamnopynoside), alkaloid, triterpenoid, asam lemak (asam ricinoleat, asam linoleat, asam linolenat), vitamin C, kalium, damar, tanin, geraniin, phyllanthin dan hypophyllanthin.

          Secara empiris, rebusan daun Sawi langit sering dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk mengobati penyakit hepatitis, sebagai . obat disentri, hepatitis, lelah tidak bersemangat, susah tidur, bisul, gigit anular, luka terpukul dan keseleo.
           Penelitian menunjukkan bahwa meniran berfungsi menghambat DNA polimerase dari virus hepatitis B dan virus hepatitis sejenisnya, menghambat enzim reverse transcriptase dari retrovirus, sebagai antibakteri, antifungi, antidiare, dan penyakit gastrointestinal lainnya. Meniran juga memiliki fungsi meningkatkan ketahanan tubuh penderita dengan cara memacu fagositosis sel makrofag, fungsi proliferatif limfosit T, antibodi IgM dan IgG, aktivitas hemolitik, sitotoksisitas sel NK, dan khemotaksis neutrofil dan makrofag.
III.3 Skema Kerja
III.3.1 Pembuatan Simplisia
a. Pengambilan Sampel, Bahan penelitian berupa daun, batang, dan akar dari tanaman Meniran ( Phyllanthus niruni L ) diambil pada jam 10.00 pagi di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.
b. Pengolahan Bahan, Bahan penelitian berupa daun yang telah diambil, dikeringkan dalam ruangan yang tidak terkena sinar matahari langsung, setelah kering dipotong-potong kecil.
III.3.2 Pemeriksaan Farmakognostik
a. Pemeriksaan Farmakognostik Tumbuhan
           Pemeriksaaan morfologi tumbuhan dilakukan dengan mengamati bentuk fisik dari akar, batang, dan daun dari tanaman meniran (Phyllanthus niruni L) kemudian dilakukan pengambilan gambar, dan diidentifikasi lebih lanjut berdasarkan kunci determinasi menurut literature.
b. Pemeriksaan Anatomi Tumbuhan
         Pemeriksaan dilakukan dengan mengamati bentuk sel dan jaringan pada tumbuhan pada bagian penampang melintang dan membujur dari akar, batang dan daun dengan menggunakan mikroskop. Sedangkan simplisia kering serbuk untuk melihat fragment-fragment dari tanaman meniran (Phyllanthus niruni L ) yang digunakan untuk obat.
c. Pemeriksaan Organoleptis Tumbuhan
           Pemeriksaan organoleptis tumbuhan dilakukan untuk mengamati warna, bau, dan rasa dari bagian tanaman meniran (Phyllanthus niruni L) yang masih segar meliputi akar, batang, dan daun.
III.3.3 Reaksi Identifikasi Kandungan Kimia (Dirjen POM, 1989)
1) Reaksi Identifikasi Terhadap Lignin
           Irisan atau serbuk dibasahi dengan larutan Fluroglusin P. Diperiksa dalam HCl P, dinding sel yang berlignin akan berwarna merah.
2) Reaksi Identifikasi Terhadap Tanin
a. Reaksi Identifikasi Terhadap Katekol
o Serbuk dibasahi dengan FeCl3 1 N, jika mengandung katekol akan menghasilkan warna hijau.
o Serbuk ditambahkan dengan larutan Brom, jika mengandung katekol akan menjadi endapan.
b. Reaksi Identifikasi Terhadap Pirogalotanin
o Serbuk dibasahi dengan FeCl3 1 N, jika mengandung pirogalotanin akan menghasilkan warna biru.
o Serbuk ditambahkan dengan larutan Brom, jika mengandung pirogalotanin tidak terjadi endapan.
o Serbuk ditambahkan NaOH, jika menghasilkan warna merah coklat berarti mengandung pirogalotanin.
3) Reaksi Identifikasi Terhadap Dioksiantrakinon
           Sedikit serbuk dimasukkan kedalam tabung reaksi, lalu ditetesi dengan KOH 10 % P b/v dalam etanol 95% P, jika mengandung Dioksiantrakinon akan menghasilkan warna merah.
4) Reaksi Identifikasi Terhadap Alkaloid
            Ekstrak metanol tumbuhan meniran dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi kemudian ditetesi :
a. HCl 0,5 N dan pereaksi Mayer, jika mengandung alkaloid akan menghasilkan endapan kuning.
b. HCl 0,5 N dan pereaksi Bauchardat, jika mengandung alkaloid akan menghasilkan endapan coklat.
c. HCl 0,5 N dan pereaksi Dragendorf, jika mengandung alkaloid akan menghasilkan endapan jingga.
5) Reaksi Identifikasi Terhadap Fenol
a. Sedikit serbuk dimasukkan vial ditambahkan air, lalu ditutup dengan kaca objek yang di atasnya diberi       kapas yang telah dibasahi dengan air, kemudian dipanaskan. Uap yang diperoleh diambil dan FeCl3 1, jika mengandung Fenol akan menghasilkan biru hitam.
b. Sedikit serbuk dimasukkan kedalam tabung reaksi, lalu ditetesi dengan H2SO4 Pekat dan dalam larutan Formalin 1% P, jika mengandung Fenol akan menghasilkan warna biru hitam.
6) Reaksi Identifikasi Terhadap Steroid
Ekstrak eter dalam tabung reaksi kemudian ditetesi dengan pereaksi Liebermann-Buchard jika mengandung steroid akan menghasilkan warna biru sampai hijau.
7) Reaksi Identifikasi Terhadap Karbohidrat
           Serbu dikocok dengan air lalu dimasukkan dalam tabung reaksi ditetesi :
a. Preaksi Mollish, jika mengandung karbohidrat akan menghasilkan cincin ungu.
b. Preaksi Luff, jika mengandung karbohidrat akan menghasilkan endapan merah.
c. Preaksi Fehling A dan Fehling B, jika mengandung karbohidrat akan menghasilkan endapan kuning jingga.
a. Serbuk ditempatkan di atas kaca objek, kemudian ditetesi dengan larutan iodne 0,1 N, jika mengandung pati akan berwarna biru dan warna kuning coklat jika mengandung Aleuron.
7) Sedikit serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditetesi dengan Reaksi Identifikasi Terhadap Pati dan Aleuron
b. pereaksi Luff dan dipanaskan, jika mengandung pati akan menghasilkan endapan merah bata.
8) Reaksi Identifikasi Terhadap Saponin
           Serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan 10 ml air panas, dinginkan kemudian kocok kuat-kuat selama 10 detik, terbentuk buih, lalu tambahkan 1 tetes HCl 2 N, buih tidak hilang maka sampel mengandung saponin.
9) Identifikasi dengan Kromatografi Lapis Tipis
           Ekstrak metanol, ekstrak eter, dan ekstrak n-Butanol yang diperoleh kemudian dilakukan pemeriksaan secara kromatografi lapis tipis. Untuk ekstrak eter, digunakan eluan n-heksan : etil asetat sedangkan untuk ekstrak n-butanol digunakan eluen etil asetat : aseton + asam asetat dengan perbandingan yang sesuai, setelah itu dilihat di lampu UV 254 nm dan 356 nm dan disemprot dengan penampak bercak larutan asam sulfat 10% Liebermann-Bauchardat, dan Dragendrot








BAB IV
MATERI dan METODE PRAKTIKUM
IV.1 Rancangan Praktikum
           Observasi dilakukan dengan metode wawancara kepada masyarakat yang dianggap mewakili atau mengetahui tanaman-tanaman yang berkhasiat sebagai obat di daerah Takalar, khususnya di desa Bulukunyi kecamatan Polo Bangkeng Selatan.
IV .2 Waktu
           Survei Inventarisasi tanaman obat dilakukan pada :
Hari / tanggal : Sabtu, 25 September 2010
Waktu : 08.00 – 15.30
IV.3 Lokasi Praktikum
           Survei Inventarisasi dilakukan di desa Bulukunyi kecamatan Polo bangkeng Selatan Kab. Takalar.
IV.4 Prosedur Praktikum
1. Mendata sumber informasi meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan.
2. Mencatat dan mendata hasil dari wawancara mengenai beberapa tanaman yang digunakan sebagai obat diabetes melitus oleh sumber informasi, meliputi nama ilmiah, suku, isi, kegunaan dan cara penggunaan.
4.3.1.1.1 Morfologi Tanaman
           Mengamati dan menggambar bentuk morfologi dari tanaman, yaitu berupa bentuk batang, daun, dan akar .
4.3.1.1.2 Anatomi Tanaman
           Pemeriksaan anatomi di Laboratorium, yaitu anatomi akar, batang, dan daun serta mencari bentuk stomata dengan membuat preparat setipis mungkin diatas objek glass yang ditutupi deg glass dengan ditetesi air atau kloralhidrat, dan diamati serta digambar anatominya dibawah mokroskop.
4.3.1.2 Pemeriksaan Simplisia
4.3.1.2.1 Pengambilan Simplisia
Pengumpulan simplisia dilakukan dengan menggunakan pisau dan tangan yang telah dilapisi dengan kaos tangan karena Akasia (Akasia leprosa) memiliki batang yang keras sehingga pengambilan harus hati-hati.
4.3.1.2.2 Pembuatan Simplisia
Simplisia yang telah dikumpulkan, dicuci untuk membersihkan simplisia dari kotoran atau debu dan memisahkan tanaman itu sendiri yang tidak dikehendaki saat pencucian. Setelah dicuci dan dibersihkan dari debu dan kotoran, sampel dipotong kecil-kecil kemudian dikeringkan. Pengeringan yang digunakan pada percobaan ini ialah pengeringan alamiah yakni dengan bantuan sinar matahari, atau diangin-anginkan. Untuk bagian tanaman yang keras, seperti batang dan akar pengeringan dilakukan di bawah sinar matahari. Untuk bagian tanaman yang lunak seperti daun cukup diangin-anginkan


4.3.1.2.3 Pemeriksaan Mutu Simplisia
a. Organoleptis yaitu pemeriksaan warna, bau, dan rasa dari bahan / simplisia. Dari simplisia yang telah dibuat, diamati warnanya, baunya
b. Makroskopik yaitu memuat paparan mengenai bentuk dari simplisia, ukuran, warna serta bidang patahannya.
c. Mikroskopik yakni memuat paparan anatomis, penampang melintang simplisia, fragmen pengenal bentuk simplisia.


BAB V
HASIL

5.1 TanamanEtnofarmasiDesa Ujung bori, KecamatanPolsel (Pole bangkengselatan)
No Namatanaman
(Indonesia/Latin) Nama
Daerah Bagian yang digunakan Khasiat/kegunan Cara
Pemakaian Sumber
Survei
1. Kumis kucing
(Orthosiphonstamineus) Daunpai-pai Daun Diuretik Daunnyadimasaklaludiminum. Ibu Tanti
2. Kunyit
( Curcuma domestic) unnyi Umbi Obatjantung Kunyitdicucilaludisaring, kemudian air Hasilsaringanditambahsedikitgaramlalu di Minum. Pak Jainudin
3. Mengkudu(Morindacitrofilia R) Mengkudu Buah Obathipertensi Buahmengkududiblenderlaludiminumseperti Jus. Pak Sudirman
4. Paliasa(Klenhovia hospital L) Daunpali-pali Daun Hipertensi Daunpaliasadicucibersihdihaluskankemudianairnyadiminum. Pak Sarifudin
5. Daun pare (Mimordicacarantia) Daunparia Daun Obathipertensi Daunnyadiperasdandiberisedikitgaramkemudianairnyadiminum Ibu Toa
6. Pepaya(carica papaya) kaliki Daun Obathipertensi Daundirebusdengan air laludiminum. Ibu Norma
7. Tembelekan
(Lantana camara) Tigi-tigi Batang, daun, danakar Obatpenyakitdalam Direbusdaun, batang, akarnyadandiminum.
Ibu Tanti
8. Benalu (Loranthus
spinosus) Raja numalu Daun Obatlukainfeksi Diremas-remasdandigosok Pak
Sahar
9. Sirih (Piper betle) Dale sareno Daun Obatsegalapenyakit Dimasak, ditumbuk, dandigosok. Pak Jainudin
10. Belimbing (Averroacarambola) Boenang Daun Obatdarahtinggidansakitkepala Direbus Ibu Tanti
5.2 KebenaranInformasidenganLiteratur
No. Namatanaman
(Indonesia/Latin) Nama
Daerah Bagian yang digunakan Khasiat/kegunan Cara
pemakaian Sumber
Survei
1. Kumis kucing
         (Orthosiphonstamineus) Daunpai-pai Seluruhtumbuhan Diuretik Daunnyadimasaklaludiminum. Bukutanamanobat Indonesia
2. Kunyit( Curcuma domestic) Unnyi Rimpang Obatpenurunpanas, tifus, ususbuntu, asma, cacar air,     keputihan. Kunyitdicucilaludisaring, kemudian air Hasilsaringanditambahsedikitgaramlalu di Minum.
Bukutanamanobatindonesia
3. Mengkudu(Morindacitrofilia R) mengkudu DaundanBuah Obathipertensi, demam, batuk, sakitperut.       Buahmengkududiblenderlaludiminumseperti Jus, daunnyadimasakdisaringairnyabarudiminum. Bukutanamanobat Indonesia
4. Paliasa(Klenhovia hospital L) Daunpali-pali Daun Hipertensi Daunpaliasadicucibersihdihaluskankemudian
Airnyadiminum. Bukutanamanobat Indonesia
5. Daun pare (Mimordicacarantia) Daunparia Daun Obathipertensi, matamerah, bisul, sariawan, kanker. Daunnyadiperasdandiberisedikitgaramkemudianairnyadiminum.

Bukutanamanobat Indonesia
6. Pepaya(carica papaya) kaliki AkardanDaun Obathipertensi, malaria, keputihn,Nyerihaid. Daundanakardirebusdengan air laludiminum. Bukutanamanobat Indonesia
7. Bunga tai ayam
(Lantana camara) Tigi-tigi Batang, daun, danakar Obatpenyakitdalam Direbusdaun, batang, akarnyadandiminum. Bukutanamanobat Indonesia
8. Benalu (Loranthus
spinosus) Raja numalu Batang Obatkankerdanamandel Direbusbatannyadisaringairnyadandiminum.
Bukutanamanobat Indonesia
9. Sirih (Piper betle) Dale sareno Daun Obatmata, sakitgigi, pendarahangusi, mimisan, dsb. Dimasak, ditumbuk, dandigosok. Bukutanamanobat Indonesia
10. Belimbing (Averroacarambola) Boenang Daun, bungadanbuah Obatanalgesik, diuretik, sakitperu, rematik, dsb. Daundirebus Bukutanamanobat Indonesia

5.3 Kandungan Kimia Tanaman Etnofarmasi Berdasarkan Literatur

1. Kumis kucing(Orthosiphonstamineus)
Kumis kucing(Orthosiphonstamineus) mengandungglikosida, zatsamak, minyakatsiri, saponin, minyaklemak, sapofonim, garamkalium, danmyoinositol.
2. Kunyit( Curcuma domestic)
Kunyita(Curcumaadomestic)amengandungkurkunim,desmetoksikurkumin, dan bisdesmetoksirkurkuminoid.
3. Mengkudu(Morindacitrofilia R)
Mengkudu(Morindacitrofilia R)mengandungmorindadiol, morindone, morindin, damnacanthal, metal asetil, asamkapril, dansorandiyiol.
4. Paliasa(Klenhovia hospital L)
Paliasa(Klenhovia hospital L)mengandungsaponin, cardenolin, bufadienal dam antarkinon.
5. Daun pare (Mimordicacarantia)
Daun pare (Mimordicacarantia) mengandungmomordin, karantin, asamtrikosanik, resin, asamresinat, saponin, vitamin A ,Bdan C, sertaminyaklemak yang terdiriatasasamoleat, asamlinoat, asamstearatdan L-oleostearat, danhydroxytryptamine.
6. Pepaya(carica papaya)
Pepaya(carica papaya)mengandung vitamin A, B, dan C, kalsium, hidratarang, fosfor, besi, carposide, zatpapayatin, karpain, kautsyuk, dan karposit.
7. Bunga tai ayam (Lantana camara)
Bungataiayam (Lantana camara) mengandunglantadene A, lantadene B, lantanolic acid, lantic acid, humule (mengandungminyakasiri), b- caryophyllene, g-terpidene, a -pinenedan r-cymene.
8. Benalu (Loranthusspinosus)
KandungankimiaBenalu (Loranthusspinosus)sampaisekarangbelumditemukan, namuntumbuhaninisudahbanyakdigunakansebagaiobat.
9. Sirih (Piper betle)
Sirih (Piper betle) mengandungminyakatsiri, saponin, flavonoid, danpolifenol.
10. Belimbing (Averroacarambola)
Belimbing (Averroacarambola) mengandungsaponin, tanin, glukosida, kalsiumoksalat, sulfur, asam format, peroksidase, kaliumsitrat.



BAB VI
PEMBAHASAN

           Etnofarmasi adalah studi tentang bagaimana masyarakat suatu etnis atau wilayah dalam menggunakan suatu tanaman obat atau ilmu multidisiplin yang mempelajari penggunaan obat-obatan terutama obat tradisional oleh suatu masyarakat lokal (etnik).
           Penggunaan obat tradisonal dalam kehidupan kita sudah berkembang biak dalam kemasan yang telah disempurnakan atau modern. Obat tradisional ini banyak digunakan oleh karena selain murah , obat ini juga mudah untuk didapatkan.
       Penggunaan obat tradisional dalam masyarakat selain memiliki keuntungan juga memiliki kerugian. Adapun keuntungan dari obat tradisional yaitu:
1. Mudah diperoleh atau didapatkan
2. Harganya terjangkau
3. Efek samping yang ditimbulkan tidak terlalu berbahaya bahkan tidak menimbulkan efek samping sama sekali.
           Kerugian obat tradisional yaitu:
1. Tidak praktis dalam penggunaannya.
2. Penggunaan obat tradisional dalam tubuh menimbulkan reaksi yang lambat.
3. Survei mengenai inventarisasi tanaman obat bertujuan agar kita mendapatkan informasi keanekaragaman obat yang ada pada suatu wilayah, mendapatkan informasi teknik dan cara penggunaan tanaman obat untuk pengobatan tradisional dan masyarakat terhadap obat tradisional.
4. Survei ini diadakan guna mengetahui bagaimana cara membudidayakan tanaman obat tradisional dan mengetahui penggolongan–penggolongan dari tanaman obat tersebut beserta khasiat yang terkandung di dalam tanaman obat tradisional.
5. Dari hasil survei, rata–rata masyarakat desa Ujungbori Kab.Takalar mengobati penyakit diare dengan menggunakan tanaman Akasia(Akasia leprosa), dimana tanaman Akasia ini memiliki lebih dari satu efek farmakologi, termasuk dapat mengobati penyakit demam.
6. Cara penggunaan dari tanaman Akasia ini yaitu dengan merebus daun Akasia sampai mendidih, setelah airnya mendidih,airnya di ambil dan di minum untuk menyembuhkan penyakit demam tersebut yang terdapat dalam tubuh kita.










BAB VII
PENUTUP
VII.1 Kesimpulan
           Dari hasil inventarisasi tanaman obat, maka dapat disimpulkan bahwa begitu banyak jenis tanaman yang digunakan oleh masyarakat di desa Ujung bori dalam pengobatan penyakit. Seperti Akasia(Akasia leprosa) memiliki khasiat sebagai obat untuk mengobati penyakit diare dan bengkak.
VII.2 Saran
            Diharapkan agar dalam membuat suatu pengamatan agar lebih hati-hati agar tidak terdapat kesalahan-kesalahan yang tidak diinginkan serta hasil yang didapat sesui dengan apa yang dikerjakan.














DAFTAR PUSTAKA
  1. Asni, A, 2010, PenuntunPraktikum Farmakognosi, Universitas Muslim Indonesia, Makassar
  2. Attamimi, 2003, Wawasan Ilmu Farmasi, Universitas Muslim Indonesia, Makassar
  3. Hariani, Arief, 2006, Tumbuhan Obat dan Khasiat Seri 2, Penebar Swadaya, Jakarta.
  4. Mirawati, 2005, Penuntun Praktikum Farmaseutik, Universitas Muslim Indonesia
  5. Rusli, dkk, 2009, Penuntun Praktek Kerja Lapang Praktikum Farmakognosi I, UMI, Makassar.
  6. Sastronomidjojo, 2001, Obat Asli Indonesia, Dian Rakyat, Jakarta
  7. www. google.com



Tidak ada komentar:

Posting Komentar